Es Kopi dalam Sebuah Malam yang Hedon


Dan adalah dia yang tidak pernah bisa berbohong, selalu ada pahit dalam setiap manisnya.

Dan mereka adalah 3 orang yang biasa. Bahkan terlalu biasa untukmu sehingga kamu mungkin bertanya untuk apa kisah mereka diceritakan. Tapi buat saya sih, apa salahnya. Mereka adalah 2 cowok dengan perangai dan cara berpikir serta selera musik yang hampir sama, kecuali cara mereka berpakaian dan bertingkah, dan 1 cewek yang ceria, kalau tidak mau dibilang cerewet dan hiperaktif. Tapi bagaimanapun juga, mereka adalah 3 orang dengan masing-masing sifatnya yang sudah sama-sama mereka tahu karena sedari kecil bersama. Bukan dalam artian menjadi sahabat yang kental, hanya karena memang rumah mereka berdekatan dan mereka sepantaran dalam umur yang masih 19 tahun. Bukan lalu menjadi sahabat yang penuh perjanjian dan penuh kisah dan kenangan romantis. Hanya kenal saja, dan tahu kisah masing-masing. Tidak lebih.

Dan mereka, 3 orang yang biasa itu, adalah mereka yang sedang duduk di depan sebuah tumbler berisi kopi yang cukup mahal, di sebuah kafe di kota Jogja. Mereka adalah 3 orang yang benar-benar sederhana, yang masih saja menganga kaget melihat daftar menu yang berisikan harga-harga dalam dolar. Mahal.

Dan di depan kopi dalam berbagai jenis yang mereka pesan, dan di antara nada-nada white shoes and the couples company yang mengalun pelan di speaker di pojokan ruangan, adalah mereka yang selalu bertanya tentang orang lain yang menurut mereka entah bagaimana cara berpikirnya. Tentang kumpulan disana itu, yang dalam rumpinya gampang sekali main selendotan antar lawan jenis. Dibandingkan 3 orang tadi yang untuk saling menyentuh pun masih segan. Tentang mereka di pojokan sana, yang asyik sekali dalam dunianya berdua. Dibanding mereka yang selalu saling menertawakan masing-masing kisah asmara mereka yang sama-sama selalu gagal. Tentang dia yang sendirian menikmati kopi hitam yang hangat. Sepertinya dia adalah dirinya yang memang mengerti tentang bagaimana menikmati kopi. Tidak seperti 3 orang itu, yang memesan sebuah kopi hanya dengan pertimbangan nama yang keren dan harga yang pantas buat kantongnya.

Dan nada-nada itu tiba-tiba berubah menjadi abdul & the coffee theory.

Oh, musik yang bagus.

Dan tentang kopi, tidak ada satupun dari mereka adalah seorang expert dalam menikmati olahan biji-biji hitam yang tercampur dalam rasa yang selalu mereka anggap ajaib. Setidaknya salah satu dari mereka yang sehari-hari di rumah suka bikin coffeemix. Maka dari itu, santai saja mereka minum. Tidak perlulah mencari filosofi yang terkandung dari kopi yang mereka pesan. Masih banyak yang bisa diobrolkan selain itu. Ini malam yang berharga pikir mereka. Dan waktu yang bagus ini tidak perlulah disia-siakan dalam bahasan yang susah.

Dan lalu, 3 orang itu masih disana. Di sebuah kafe yang bagus di kota Jogja. Menggosip dan memakan french fries. Dan menertawai kisah yang dibagi oleh masing-masing dari mereka.

Dan sampai kopi sudah habis sampai ke ampasnya, mereka masih disana. Menuangkan berbagai pengalaman untuk lalu kembali ditertawai bersama.

Sampai malam benar-benar larut dan mereka harus pulang dalam keadaanya yang mengantuk.

Dan waktu adalah dirinya yang selalu berputar dalam detiknya yang tak pernah kita sadari. Dan demi detik yang tak akan bisa terulang, kenangan adalah dia yang akan selalu abadi dalam tiap momennya. Yang akan selalu indah bagaimanapun juga.

Bagaimanapun juga sebuah kenangan itu terjadi.

  1. Tinggalkan komentar

Tinggalkan komentar